Catatan Berita: Anggaran Tanggap Bencana Habis, BPBD Gunakan Dana Hibah BTT

1125

Kehabisan anggaran tanggap bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tuban terpaksa menggunakan anggaran Belanja Tak Terduga (BTT). Saat ini pihaknya mengunakan dana untuk mengirim pasokan air pada 51 desa, di sebelas kecamatan sudah menggunakan Belanja Tidak Terduga (BTT) dari dana hibah Pemkab Tuban sebanyak Rp 41.175.000. Sedangkan anggaran BTT di Kabupaten Tuban sudah overload.

“Pada droping ke sepuluh, telah menggunakan BTT, karena dana yang tanggap bencana tahun ini habis di droping gelombang 9,” terang Kabid Kedaruratan dan logistik BPBD Kabupaten Tuban, Gaguk Hariyanto, Rabu (24/10).

BTT tersebut diberikan kepada BPBD Tuban setelah mengacu dari surat SK Bupati Tuban terkait tanggap darurat kekeringan 2018 yang berakhir pada 31 Oktober tahun ini, sesuai dengan surat dari Badan meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tuban. “Insyaallah dana tersebut bisa meng-cover daerah yang terdampak kekeringan sampai akhir bulan ini,” tambahnya.

Memang krisis air bersih dan kekeringan dampak dari kemarau panjang di wilayah Kabupaten Tuban tahun 2018 ini lebih parah dibanding tahun sebelumnya.

Jumlah desa yang terdampak musim kemarau lebih banyak dibandingkan kekeringan di tiga tahun yang lalu. Tercatat di tahun 2015 ada 45 desa yang mengalami kekeringan, kemudian 2016 kemarau basah sepanjang tahun, untuk 2017 ada sekitar 35 desa, sedangkan saat ini ada 51 titik kekeringan yang tersebar di 11 kecamatan di seluruh wilayah Bumi Wali.

Sebelas kecamatan tersebut yakni, Semanding, Grabagan, Kerek, Senori, Bangilan,Parengan, Jatirogo, Montong, Soko, Rengel dan Singgahan.

Lebih lanjut Gaguk Hariyanto mengatakan, pada Juli 2018, titik kekeringan terjadi di 26 titik di tujuh kecamatan yaitu, Semanding, Grabagan, Kerek, Senori, Bangilan, parengan dan Jatirogo. Kemudian pada bulan Oktober, wilayah kekeringan meluas ke 51 Desa. “Kita mulai bulan Juli droping air di 26 desa tersebar pada tujuh kecamatan, dan sekarang sudah 51 desa yang terdampak krisis air bersih ,” katanya.

Seminggu sekali di tiap titik lokasi kekeringan akan mendapat pasokan air bersih sebanyak dua kali. Satu kali droping air yaitu 21 ribu liter air atau tiga tangki. Air bersih ini digunakan masyarakat untuk kebutuhan air minum, memasak, dan untuk kebutuhan MCK.

Data BPBD sejak Juli hingga Oktober 2018 sudah mendistribusikan lebih dari sekitar 500 tangki air atau sekitar 3 juta liter air bersih ke masyarakat yang terdampak kekeringan. Karena kemarau diprediksi juga sampai bulan November, ia mengimbau kepada masyarakat agar lebih menghemat menggunakan air bersih.

 

Selangkapnya …