Persebaran virus korona yang masif mengubah banyak kebiasaan dan aktivitas warga. Warga diimbau sebisanya menghindari tatap muka dan kerumunan. Bekerja dan beraktivitas di rumah saja. Namun, imbauan dari pemerintah itu tidak bisa diterapkan bagi semua jenis pekerjaan. Para pekerja proyek pembangunan pemkot tetap harus menyelesaikan tugasnya sesuai kontrak.
Kepala Bidang Bangunan Gedung Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Cipta Karya dan Tata Ruang (DPRKP CKTR) Iman Krestian mengatakan, sampai saat ini belum ada penundaan proyek.
Baik dari proses lelang maupun pengerjaan. “Tetap lanjut. Cuma, kami imbau agar kontraktor memperhatikan kondisi para pekerja,” jelas alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu.
Selain kontraktor, para pekerja juga diminta mengikuti imbauan pemkot untuk rajin cuci tangan. Jika sakit, mereka juga diminta untuk pakai masker dan tidak memaksakan diri bekerja.
Sebanyak 334 proyek pada 2020 sudah dilelang pemkot. Ada yang sudah dikerjakan, ada juga yang masih proses lelang. Tahun ini pemkot juga menggelontorkan ratusan miliar rupiah untuk sejumlah megaproyek.
Di bidang kesehatan, RSUD dr Soewandhie dan Bhakti Dharma Husada (BDH) mendapat porsi anggaran paling besar. RSUD Soewandhie membangun gedung sembilan lantai untuk penanganan pasien kanker dan penambahan kapasitas ruang inap. Sementara itu, untuk RSUD BDH, ada tambahan gedung dengan fasilitas kedokteran nuklir.
Puluhan gedung tua di SDN dan SMPN juga direnovasi. Fasilitas olahraga seperti Gelora Bung Tomo dan Lapangan Tembak Tambak Wedi juga sedang dikerjakan. Begitu pula Jembatan Joyoboyo dan proyek tahun jamak atau multiyear seperti pembangunan box culvert diversi Gunungsari. “Tetap lanjut. Sampai saat ini belum ada instruksi khusus dari kementerian,” terang dia.
Anggota Komisi C DPRD Surabaya Agoeng Prasodjo meminta pemkot turut memantau proyek-proyek besarnya. Terutama pembangunan gedung yang mengharuskan pekerja berada di ruangan yang sama. “Yang di luar ruangan saja bahaya kok, apalagi yang di dalam,” ujar politikus Golkar tersebut.
Selain itu, dia meminta kontraktor untuk mengalihkan proyek dari padat karya ke padat modal. Misalnya yang dilakukan oleh kontraktor proyek gorong-gorong di Ketintang yang dia lihat. Kontraktor itu menggunakan beberapa alat berat dalam penggalian. Sedangkan pekerja lapangan tak sampai sepuluh orang. “Dalam kondisi darurat seperti ini, mau tidak mau memang harus memaksimalkan alat,” kata dia.