Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) bekerja sama dengan United States Agency for International Development (USAID) kembali menggelar Festival Film Kawal Harta Negara (FFKHN). Ajang perfilman ini sebagai tujuan utama BPK dalam memperkenalkan perannya kepada masyarakat.
“Supaya publik mengenal BPK itu apa perannya, apa fungsinya, sehingga kita dibutuhkan dan mereka mulai mencintai,” papar Dayu Sandra Tiurma Uli, Kasubbag Publikasi dan Media Biro Humas dan Kerja Sama Internasional BPK ketika berkunjung ke Kantor Redaksi Harian Surya di Rungkut Industri III, Surabaya, Kamis (3/5).
Dengan adanya FFKHN, Uli berharap masyarakat ikut serta membantu meningkatkan pelayanan publik misalnya melalui pengaduan-pengaduan masyarakat yang dituangkan dalam bentuk film.
Thomas Herda, Senior Produser NETCJ menambahkan FFKHN 2017 lalu berhasil mendapatkan ide cerita yang begitu apik dari peserta Aceh.
“Mereka begitu spesifik memilih layanan publik yaitu WC umum di mana kami nggak terpikir sama sekali. Ada kepala menyalahgunakan pendanaan WC umum itu yang kemudian mereka bikin cerita pendek,” cerita Herda.
FFKHN kali ini juga menggandeng Ismail Basbeth, sutradara dan juga penulis skenario yang terkenal dengan filmnya Mencari Hilal (2015) dan Talak 3 (2016).
Pria yang beberapa kali masuk nominasi Piala Citra tersebut juga menjelaskan kalau BPK tak memaksa para peserta FFKHN harus menggunakan peralatan canggih layaknya film Hollywood.
Baginya, modal awal yang dititikberatkan adalah ide dan cara peserta menuangkan perspektif dalam sebuah kisah.
“Nggak perlu itu kayak Julia Robert harus steril lokasi di Bali sampai empat kilometer, kalau mau masuk harus izin. Pakai teknologi paling kecil, cerita milik kita sendiri. Tak ada kamera, ponsel pun jadi,” tegas Ismail Basbeth.
Basbeth menginginkan dengan adanya FFKHN ini banyak generasi muda yang terbiasa mengapresiasi dan diapresiasi sejak dini.
FFKHN sudah dirilis sejak 24 April 2018 di Perpustakaan Nasional Jakarta.
Setelah perilisan tersebut, roadshow kemudian diadakan tiga hari setelahnya yakni 27 April 2018 dimulai dari Banda Aceh yang berlanjut ke lima kota setelahnya, Surabaya, Balikpapan, Makassar, Ambon, dan Bandung.
Surabaya dipilih karena dianggap potensial. Surabaya adalah kota unik karena merupakan kota lama.
Surabaya juga menjadi kota tersibuk setelah Jakarta, pun kota industri. Namun pelayanan publik di Surabaya masih patut untuk dicontoh.
Kompetisi FFKHN dibagi menjadi tiga kategori; film pendek fiksi, film pendek dokumenter, video citizen journalism.
Untuk pemenang yang memberikan karyanya dalam bentuk ide cerita akan mendapatkan dukungan biaya produksi sebesar Rp 10 juta. Sedangkan peserta yang sudah memberikan karyanya dalam format film akan mendapatkan dana pengganti produksi sebesar Rp 9 juta bagi pelajar dan Rp 10 juta bagi umum atau mahasiswa.
Pendaftaran sudah dibuka sejak 24 April 2018 lalu dan akan berakhir 31 Juli 2018. Sedangkan untuk malam puncak Festival Film Kawal Harta Negara jatuh pada 13 September 2018.
Artikel ini juga telah tayang di suryamalang.com dengan judul Badan Pemeriksa Keuangan Kunjungi Harian Surya Ngobrol tentang Festival Film Kawal Harta Negara, http://suryamalang.tribunnews.com/2018/05/03/badan-pemeriksa-keuangan-kunjungi-harian-surya-ngobrol-tentang-festival-film-kawal-harta-negara.
Penulis: Insani Ursha Jannati
Editor: Insani Ursha Jannati