BUMD Gresik Migas Terancam Kolaps

1931

Keberadaan badan usaha milik daerah (BUMD) diproyeksikan sebagai penambah penghasilan Pemkab Gresik. Hanya, sampai saat ini, kondisi perusahaan milik pemerintah kabupaten itu tak banyak perubahan. BUMD yang bisa memberikan sumbangan untuk pendapatan daerah masih sama. Yang lain masih kembang kempis, malah satu BUMD sudah bangkrut di awal 2017.

Hal itu terlihat dari rencana pendapatan daerah dari sektor BUMD yang ditetapkan di rancangan APBD (RAPBD) 2018. Di antara lima BUMD yang beroperasi di Gresik, empat perusahaan diproyeksikan bisa memberi penghasilan bagi daerah.

Di antara empat perusahaan itu, dua adalah BUMD milik pemkab. Yakni, PDAM dan PD Bank Gresik. PDAM diproyeksikan bisa memberi sumbangan penghasilan hingga Rp 5 miliar. Sedangkan PD Bank Gresik ditargetkan bisa memberi pemasukan Rp 1,025 miliar. Sisanya milik pemprov. Yakni, PT Bank Jatim (Rp 10,51 miliar) serta PT Bank UMKM (Rp 16,9 miliar).

Sementara itu, PT Gresik Migas (GM) belum dibebani target. Hal tersebut tak lepas dari kondisi perusahaan yang belum stabil. Bahkan, kabar terbaru, BUMD di bidang migas itu terancam kolaps. Sejatinya, ada satu BUMD lagi milik pemkab, yaitu PT Gesik Samudra (GS). Namun, perusahaan itu dinyatakan bangkrut.

”PT GM sementara belum kami bebani. Pemkab dan dewan sepakat memberi kesempatan direksi untuk melakukan pembenahan agar perusahaan sehat,” tutur anggota badan anggaran (banggar) Asroin Widyana.

Krisis yang dialami PT GM terjadi sejak dua tahun terakhir. Sejak 2016. Berdasar hasil rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada November lalu, sejumlah keputusan telah diambil. Salah satunya, kinerja PT GM bakal dievaluasi hingga awal 2018. Selama masa itu, direksi BUMD tersebut tidak diperbolehkan melakukan kebijakan strategis.

Direktur SDM dan Hukum PT GM Hariyadi saat dikonfirmasi kemarin menjawab diplomatis. Meski mengakui perusahaan tersebut dalam masa evaluasi, hingga saat ini operasional perusahaan terus berjalan. ”Direksi juga terus berusaha mengembangkan sektor-sektor usaha agar perusahaan kembali normal,” katanya.

[Selengkapnya …]