Ini contoh kerja asal-asalan. Digadang-gadang mampu mencegah bencana banjir, proyek saluran di Desa Gempolkurung, Kecamatan Menganti, justru mangkrak. Kontraktor penggarapnya kabur. Padahal, anggaran proyek mencapai Rp 1,1 miliar. ”Kalau habis hujan, tetap banjir di sini,” kata Lutfi Hasan, seorang warga, kemarin (2/3).
Jawa Pos telah melihat langsung saluran air selebar 6 meter tersebut. Pekerjaan proyek itu memang belum tuntas, bahkan terkesan asal-asalan. Di sana-sini, besi bekas konstruksi masih terlihat. Pemasangan lempeng beton juga tidak simetris. Beberapa sudah doyong ke sungai, hampir ambruk.
Siapa penggarap proyek itu? Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Gresik Gunawan Setijadi menunjuk hidung kontraktor CV AMA. Dia juga mengakui bahwa proyek tersebut belum tuntas, baru 80 persen. Masih ada sisa pekerjaan 20 persen. Namun, kontraktor telah meninggalkan pekerjaannya, tidak melanjutkan lagi.
”Kontraktor sudah di-blacklist,” ucap Gunawan. Dia berjanji melanjutkan proyek itu pada 2018 ini. Namun, pekerjaan lanjutan baru dianggarkan dalam perubahan APBD Juli nanti. ’Tidak dianggarkan untuk awal tahun,” ujarnya.
Rombongan DPRD Gresik pernah melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke proyek saluran tersebut. Anggota Komisi III DPRD Sugiyo menilai progres proyek masih jauh dari selesai. Penutup box culvert belum terpasang. Kedalaman saluran juga tidak ideal, hanya 4–5 meter. ’’Dengan kedalaman itu, saluran tidak bisa menampung air dengan maksimal. Kurang dalam,” ungkapnya.
Wilayah Gempolkurung, Menganti, selalu menjadi langganan banjir. Air Sungai Gempolkurung bersisian langsung dengan Jalan Raya Kutil, sering sekali meluap. Itu terjadi karena bangunan tanggul atau saluran di sepanjang sungai tersebut rendah.
Sejak memasuki musim hujan tahun ini, sungai itu sudah berkali-kali meluap. Ketinggian air di jalan raya mencapai selutut orang dewasa. Akibatnya, jalan raya pun banjir. Akses Menganti– Kepatihan terputus.