Pemkot Surabaya Siapkan Gelar Pahlawan Kemanusiaan

810

Warga Surabaya akan mengenang kepergian mereka yang tewas akibat bom pada Minggu (13/5). Pemkot sudah menyiapkan gelar pahlawan kemanusiaan kepada beberapa di antara mereka. Penghargaan diberikan pada Hari Ulang Tahun Ke-725 Surabaya, 31 Mei mendatang. ’’Yang sudah pasti Bayu. Ada banyak usulan agar Yesaya juga dapat,’’ ujar Kabag Kesra Pemkot Surabaya Imam Siswandi saat ditemui di ruang kerjanya kemarin (16/5).

Keduanya berjasa menghadang teroris yang hendak merangsek ke gereja. Tanpa keduanya, korban bom sangat mungkin akan jatuh lebih banyak. Aloysius Bayu Rendra Wardhana menghadang kakak beradik putra Dita Oepriarto yang mengendarai sepeda motor sambil membawa bom di gerbang Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB) Jalan Ngagel Madya. Tubuh Bayu hancur seketika. Koordinator relawan keamanan Gereja SMTB itu meninggalkan seorang istri dan dua buah hati yang masih balita.

Aksi heroik juga dilakukan Yesaya Bayang, petugas keamanan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Diponegoro. Dia memegangi pelaku bom bunuh diri sehingga tak ada korban jiwa. Kondisinya kini masih kritis dan dirawat di RSAL dr Ramelan.

Sangat mungkin Yesaya juga mendapatkan penghargaan tersebut. Imam menerangkan, penghargaan diperuntukkan bagi mereka yang berhasil menyelamatkan nyawa orang lain dalam serangan teror bom itu. Pihaknya kini menelusuri seluruh cerita sehingga tidak tertutup kemungkinan ada orang lain lagi yang juga menerima penghargaan. Sebelumnya pemkot belum pernah memberikan penghargaan pahlawan kemanusiaan tersebut.

Selain itu, pemkot tengah berkoordinasi dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Mereka akan memberikan santunan kepada korban juga uang pengganti untuk lima mobil dan 30 motor warga yang hancur akibat bom. ’’Ini masih kami cari formulasinya. Bu Wali ingin semuanya diganti dengan uang APBD,’’ jelas mantan camat Kenjeran tersebut.

Uang ganti rugi untuk kendaraan memang bukan menjadi tanggung jawab pemkot. Karena itu, penyaluran dan APBD mesti dilakukan dengan berhati-hati. Pihaknya berkoordinasi dengan kepolisian untuk memastikan kesesuaian rangka kendaraan dengan surat tanda nomor kendaraan agar penyaluran dana tepat sasaran.

Pemkot memiliki anggaran darurat Rp 9 miliar. Uang itulah yang bakal digunakan. Selama ini anggaran dari pos tersebut baru terpakai Rp 1 miliar untuk meng-cover biaya rumah sakit para korban bom itu. Bantuan juga diberikan kepada korban yang tidak berstatus warga Surabaya. Misalnya, Warsiman, tukang becak yang mangkal dekat Gereja SMTB Ngagel. Saat ini dia masih dirawat di rumah sakit. Pemkot berencana memberikan modal untuk membuka usaha.

Ketua Komisi A DPRD Surabaya Herlina Harsono Njoto menambahkan, pemkot juga memiliki anggaran Rp 5 miliar untuk belanja penunjang operasional. Anggaran tersebut seharusnya juga bisa diberikan untuk para korban. ’’Pemanfaatannya bergantung kebutuhan masyarakat yang menjadi korban,’’ jelasnya.

Sementara itu, Wali Kota Tri Rismaharini mengumpulkan kepala sekolah dan lembaga pendidikan di Convention Hall kemarin pagi (16/5). Dia memberikan arahan agar keterlibatan anak dalam aksi terorisme tidak lagi terulang. Risma menjelaskan bahwa anak-anak yang terlibat tindak berbahaya seperti terorisme yang memiliki kecenderungan tertentu.

’’Ciri-cirinya sebenarnya ada, tapi kita tidak paham dan akhirnya kecolongan,’’ ujar Risma gemas. Tanda-tanda tersebut, menurut dia, sangat mungkin akan muncul karena ada tekanan dari orang tua di rumah.

Menurut Risma, yang paling mudah dikenali adalah ketika anak mulai tidak masuk sekolah. Misalnya, yang dialami anak teroris yang tertembak di Manukan. Ketika bertandang ke lokasi, Risma mendapati anak itu sudah tidak bersekolah.

[Selengkapnya …]