Hujan mulai mengguyur Kota Pudak. Kondisi itu menjadi atensi Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Pemkab Gresik. Maklum, progres sejumlah proyek infrastruktur masih jauh dari harapan. Padahal, target seluruh proyek tahun anggaran 2019 harus selesai pada 25 Desember.
Hujan membuat proyek di luar ruangan terdampak. Di antaranya, pembangunan drainase, jalan, hingga gedung. Begitu hujan turun, pekerjaan proyek tentu terhenti.
Menurut Kepala DPUTR Pemkab Gresik Gunawan Setiaji, pihaknya juga mengkhawatirkan hasil proyek tersebut tidak maksimal. Termasuk tidak selesai tepat waktu. Karena itu, pihaknya berencana memanggil seluruh kontraktor untuk meminta list pengerjaan. “Kami akan minta penambahan jam kerja atau pekerja,” tuturnya.
Sebelumnya, proyek-proyek infrastruktur juga menjadi atensi kalangan dewan. Selain progresnya terbilang lambat, beberapa di antaranya tidak sesuai dengan perencanaan. Beberapa proyek yang disidak dewan, antara lain, pembangunan drainase Jalan Dr Soetomo, pengerjaan jalan dan saluran air di Jalan Harun Thohir, peningkatan jalan dan drainase di Jalan Raya Cerme-Metatu, serta proyek Islamic Center yang berlangsung multiyears.
Sekretaris Komisi III DPRD Gresik Abdullah Hamdi mengatakan bahwa pihaknya hanya bisa mengelus dada dengan pelaksanaan beberapa proyek infratruktur kali ini. Dia menegaskan, anggota Komisi III sudah beberapa kali melakukan inspeksi di sejumlah lokasi proyek. Nah, rata-rata proyek memang tidak sesuai dengan perencanaan.
Yang terbaru, politikus PKB itu juga melihat pengerjaan kawasan Alun-Alun Gresik. Menurut Hamdi, progres finishing alun-alun tersebut juga terbilang lamban. Baru berjalan sekitar 20 persen. Pengerjaan masih banyak. Mulai pemasangan paving di atas drainase, kamar mandi, hingga fasilitas penyandang disabilitas.
Hamdi juga menyayangka DPUTR yang kerap melakukan redesign. Dengan demikian, jadwal pengerjaan tidak sesuai rencana awal. Terlebih, proyek lanjutan alun-alun dengan alokasi anggaran sekitar Rp 1 miliar itu hanya dikerjakan sembilan orang.