Perbaikan SDN Klesem 2 Pacitan Anggarkan dari Pos Dana Tidak Terduga

940

Perbaikan SDN Klesem 2 mulai menemui titik terang. Ambrolnya talut yang menjadi penyebab kerusakan infrastruktur sekolah di Dusun Blimbing, Desa Klesem, Kecamatan Kebonagung, itu segera disuntik Rp 660 juta dari pos dana tak terduga APBD Pacitan.

Pemkab cukup mengapresiasi kebesaran hati tiga warga setempat yang merelakan sebagian tanahnya untuk pembangunan talut tersebut. Jika tidak, longsor yang membuat teras depan kelas I–IV serta TK di sekolah itu tak menemukan solusi. Sebab, longsor yang melanda bibir kelas tak menyisakan sedikit pun tanah lapang untuk berpijak.

’’Kami berterima kasih atas keikutsertaan warga yang merelakan tanahnya untuk pembangunan,’’ jelas Bupati Pacitan Indartato yang menyambangi sekolah tersebut, kemarin (9/4).

Untuk sekolah lain, dia meminta bersabar. Perbaikan, jelas Indartato, harus dilakukan secara bertahap dengan menyesuaikan kekuatan anggaran daerah. Setidaknya, keikutsertaan tiga warga terkait dalam pembangunan talut di SDN Klesem bisa dijadikan teladan. ’’Semoga kita semua bisa menyamakan persepsi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di kabupaten ini,’’ ucapnya.

Kepala SDN Klesem 2 Basir bersyukur dengan kepastian pembangunan talut setelah ambrol dilanda longsor itu. Sejauh ini dia telah mengantongi pelaksana yang memenangi lelang pembangunan tersebut. ’’Kami dikabari Marwan (Kadindik Pacitan, Red) bila pembangunannya segera jalan,’’ ungkapnya.

Informasi yang dihimpun Basir, talut itu bakal dibangun sepanjang 25 meter dengan tinggi 15 meter dan lebar 2 meter. Konturnya dibuat berjenjang sehingga membutuhkan tambahan lahan milik warga setempat.

’’Demi pendidikan, warga yang lahannya terdampak tersebut sebenarnya tak mengharapkan ganti rugi. Bahkan, ada warga yang menawarkan tanah miliknya di samping sekolah untuk dimanfaatkan,’’ lanjut Basir.

Tiga warga dermawan itu adalah Sogimin, Jinal, dan Jarno. Tanah ketiganya berada tepat di bawah sekolah yang beberapa meter lebih tinggi. Meski sesuai kesepakatan tetap mendapatkan santunan pengganti, para pemilik lahan sejatinya telah mengikhlaskannya.

’’Justru lebih bermanfaat ketimbang hanya ditanami pohon kelapa dan kurang terurus. Toh, anak cucu kami juga sekolah di sana,’’ tutur Jinal, salah seorang pemilik tanah.

[Selengkapnya …]