RS di Kabupaten Sidoarjo Diduga Permainkan Data Penanganan Covid-19

825

Berawal dari kecurigaan dari Kapolresta Sidoarjo, Komandan Kodim 0816 Sidoarjo dan Kajari Kabupaten Sidoarjo, tentang adanya dugaan kecurangan pendataan penanganan Covid-19 yang dilakukan oleh pihak rumah sakit (RS) di Sidoarjo. Diduga ada tiga RS besar yang bermain dalam melakukan pendataan.

Dengan adanya dugaan, ketiga pilar penegak hukum tersebut mengajak Pj Bupati Sidoarjo, Hudiyono, untuk sidak ke RSU Sidoarjo dan rumah sakit rujukan lainnya. Dalam sidaknya ke RSU Sidoarjo, penegak hukum Sidoarjo juga sempat berdialog dengan sejumlah dokter yang menangani pasien Covid-19, beserta Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo dr. Syaf Satriawarman, pada Senin (12/10) kemarin.

Kapolresta Sidoarjo Kombes Pol Sumardji meminta data jumlah pasien Covid-19 yang sebenarnya ke Dinas Kesehatan Sidoarjo dan RS setempat karena ada pasien yang sudah meninggal tetapi masih tercatat di data covid-19.

Pasien positif Covid-19 tidak dilakukan perawatan, namun terdata sebagai pasien yang dirawat di RS. “Selain itu, setiap hari penambahan pasien cukup banyak, ternyata pasien dari luar daerah juga dimasukan sebagai data pasien Covid-19, sehingga Sidoarjo tidak akan berubah zona,” pintanya.

Sumardji juga menegaskan, data positif aktif antara Sidoarjo dan Surabaya ini bedanya sangat jauh. Ia membandingkan salah satu contoh angka positif aktif Surabaya sebanyak 341, sementara untuk Sidoarjo sebanyak 534.

Ini menjadi tanda tanya, karena Surabaya penduduknya 5 juta, sedangkan Sidoarjo hanya 2,5 juta. “Mengapa angka positif aktif bisa lebih banyak Sidoarjo, padahal upaya-upaya Forkopimda untuk melakukan setiap hari itu sangat luar biasa. Sehingga dalam program operasi yustisi sangat minim pelanggaran, kecuali wilayah dalam kampung,” tegas Kapolresta Sidoarjo.

Ia juga mengungkapkan, kalau melihat yang masih ada dalam RS data riil di 11 RS rujukan. “Datanya riilnya tidak sampai 300, tetapi dalam laporan akhir itu sebanyak 534. Itu yang benar mana,” ungkap Sumardji kesal.

Dalam penjelasannya, Kepala Dinas Kesehatan Syaf Satriawarman mengakui kesalahannya, bahwa data pasien Covid-19 semua rawat jalan dilaporkan menjadi pasien rawat inap. Misalnya ada 148 orang yang dinyatakan dari luar Sidoarjo. Setelah ditelusuri di tiga rumah sakit besar di Sidoarjo, hanya 3 dan 4 orang isinya yang rawat inap.

“Jadi mereka itu melaporkan rawat jalan seolah-olah rawat inap di rumah sakit tersebut. Kondisi ini terus saya kejar untuk mencari kebenarannya, dan ketiga rumah sakit besar itu sudah kami surati. Sebenarnya Sidoarjo ini lebih rendah dari Surabaya,” terang Syaf Satriawarman.

[Selengkapnya di Harian Bhirawa]