Jazz Ijen – Hasil Pentas untuk Beasiswa Anak Petambang

922

Sebanyak 77 anak petambang belerang dari Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menerima beasiswa dari hasil sumbangan pentas Jazz Ijen yang diselenggarakan pada 2015. Beasiswa tersebut dibagikan saat acara halal bihalal di halaman Kantor Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Senin (11/7).

Jumlah dana beasiswa yang terkumpul dalam gelaran Jazz Ijen tersebut Rp 251 juta. Sebanyak Rp 58 juta di antaranya diberikan kepada PMI dan sisanya diberikan dalam bentuk beasiswa bagi anak-anak para petambang di Ijen. Dana tersebut merupakan sumbangan pengunjung yang saat itu menonton Jazz Ijen secara cuma-cuma.

Menurut Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, beasiswa itu baru diberikan tahun ini kepada siswa SD dan SMP setelah melewati proses audit dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Beasiswa juga diberikan seusai lebaran dan menjelang tahun ajaran baru agar penggunaannya tepat sasaran.

“Kalau dibagi menjelang lebaran, kami khawatir malah habis untuk belanja,” kata Anas.

Proses pencairan dana beasiswa pun ketat. Setiap anak akan mendapatkan rekening tabungan. Pencairan rekening harus diawasi dinas pendidikan dan guru. Dengan demikian, uang hanya untuk memenuhi kebutuhan sekolah.

Samsul Anam (48), petambang Ijen dari Desa Tamansari, mengaku senang anaknya mendapatkan beasiswa. Selama ini, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari ia harus bekerja keras. “Sehari dari menambang di Ijen, saya hanya dapat Rp 70.000 – Rp 80.000. Dua kali saya naik turun dengan beban 40-50 kilogram. Dengan hasil segitu, saya tak bisa menabung untuk sekolah anak, apalagi hidup saya saat tua mendatang,” katanya.

Selain memberikan beasiswa, pemkab juga memberlakukan penempatan kerja bagi alumni penerima beasiswa dari Pemkab Banyuwangi. Mereka diwajibkan mengajar di daerah terpencil selama enam bulan.

Selama ini, pemkab kesulitan memindahkan para guru yang sudah berstatus PNS ke daerah terpencil. Mereka sering kali menolak dan enggan ditugaskan di daerah terpencil. Akibatnya, pendidikan anak di sekolah terpencil tak terurus dengan baik.

Program penempatan yang disebut Banyuwangi Mengajar itu sudah berjalan tiga tahun dengan 25 pengajar. Mereka ditempatkan di sejumlah daerah terpencil di Banyuwangi, antara lain di tengah hutan wilayah Taman Nasional Meru Betiri serta di pedalaman lereng Gunung Raung dan Ijen. Para pengajar itu dikontrak setahun dengan gaji Rp 1,5 juta.

“Sampai saat ini mereka bisa beradaptasi dengan baik, tidak ada yang putus kontrak di tengah jalan, bahkan banyak yang melanjutkan ke kontrak berikutnya,” kata Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi Sulihtiyono.

[Selengkapnya …]